KISAH HIDUP SEORANG WANITA BEKERJA DI MASSAGE

180

BATAM,Detik Global News.com – Kota Batam adalah dikenal banyak orang sebagai kota industri, dimana setiap tahunnya diserbu para calon pekerja dari berbagai daerah seluruh penjuru tanah air Republik Indonesia menginjakkan kaki di kota Batam.

Niat dan keinginan mereka merantau   ke kota Batam tulus, tentu berharap untuk merubah nasib dari kehidupan garis kemiskinan,dimana kehidupan orang tuanya sebagian besar adalah sebagai petani.

Nita salah seorang wanita menceritakan kisah kehidupannya di kota Batam, penuh dengan tantangan sejak usianya beranjak 25 Tahun sangat sulit mencari pekerjaan apalagi disalah satu perusahaan elektronik.Dimana setiap perusahaan selalu mencari/mengutamakan calon si pekerja rata-rata usia muda dengan kerja sistem kontrak, mau tidak mau setiap tahunnya dia harus menyiapkan  lamaran kerja.

Diera globalisasi perusahaan elektronik di kota Batam banyak tutup total, bahkan para Investor begitu banyak hengkang, lalu kemana lagi mereka dengan jumlah ribuan orang pekerja wanita terpaksa harus kehilangan pekerjaan, tentu demi untuk mempertahankan hidup mereka mampu berjuang dikota Batam meski dalam pekerjaan serba keterpaksaan dan penuh resiko harus tetap bertahan.

Dianya mencontohkan saat ini berkembangnya usaha di sektor bidang kepariwisataan antara lain : massage, Discotik ,PUB dan lain-lainnya akan menyerap ribuan orang tenaga kerja khususnya kaum wanita, hanya saja sebagian besar dari pengusaha sering menyalahgunakan izin tersebut dan memanfaatkan lokasi/gedung dalam ruangan sebagai tempat maksiat.

Saya pernah melamar pekerjaan di salah satu massage di kota Batam, dan pemilik massage tersebut bertanya pada saya apakah kamu sudah pernah bekerja di massage, saya jawab tidak.

Lalu dia bertanya kembali apakah kamu itu memiliki skill/sertifikasi profesi dalam melakukan urut tradisional,kalau tidak punya apakah kamu siap mengikuti segala peraturan perusahaan dan tidak akan pernah mengecewakan tamu,  tanyanya saat itu pada saya.

Dihari pertama saya bekerja di salah satu massage saat itu di berikan waktu belajar/pelatihan cara urut oleh tim ahli pengajar hanya 4 jam setelah itu pengelola massage menyuruh saya untuk bergabung dengan teman-teman lainnya duduk di bangku di dalam sebuah ruangan terbuka dan sebagian lagi berdiri di gang  tangga ruko untuk menunggu setiap tamu yang datang.

Anehnya kami bekerja di massage tersebut tidak ada jadwalnya untuk menunggu giliran, semua tergantung pintar-pintar si pekerja untuk merayu sang tamu. Karena saya melihat pekerjaan itu ada yang aneh dan saya menduga ada sesuatu yang janggal dan   akhirnya saya  memilih meninggalkan dengan alasan kondisi saya kurang sehat.ungkapnya.

Memang tidak semua usaha massage yang selama ini di dalam pemikiran masyarakat sebagai tempat untuk prostitusi, tetapi cenderung pihak pengelola memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan lebih banyak, karena lemahnya pengawasan dari pemerintah terkait jam buka tutupnya massage apalagi tidak di lengkapi dengan alat CCTV,untuk mencegah  perbuatan yang tidak di inginkan di setiap kamar yang di sediakan oleh pengelola massege tersebut. jelasnya lagi.